Text
Strategi No. 3: Kamu harus memanipulasi Overthinking yang manipulatif itu.
Sekarang, Overthinking bilang, “Gimana kalau ternyata emang gagal?”
Bangkitlah–literally bangkit, nggak boleh rebahan, biar kamu punya power–then, say apologetically…
“Emang kenapa kalau aku gagal?”
“What could get worse? Apa yang bisa lebih buruk?”
“Apakah kalau aku gagal, aku nggak boleh berjuang lagi? Apakah kalau aku gagal, aku nggak punya kesempatan menang di kemudian hari?”
“Apakah aku akan mati kalau aku gagal? Apakah aku akan masuk neraka kalau aku gagal mencoba ini? Apakah jalur kesuksesan akan tertutup sepenuhnya kalau aku gagal lagi?”
“Emang kenapa kalau aku gagal?”
“Biarkan aku jatuh. Biarkan aku terluka. Biarkan aku merasa kecewa. Biarkan aku lelah. Biar aku belajar. Biar aku dewasa.”
Ingat yang kita omongin di awal?
Overthinking adalah caramu melindungi dirimu sendiri, but it’s toxic.
Dengan kamu ngasih afirmasi begitu, itu sama kayak kamu lagi jadi teman buat diri sendiri, ngasih support untuk memupuk keberanian dalam diri agar keluar dari hubungan yang toxic ini.
Dan, kamu sadar nggak, sih, suara dalam hatimu yang perlahan berkata, ‘Iya, sih, emang apa masalahnya kalau aku gagal?‘
Bukankah itu tanda ada setitik keberanian yang mulai menyala dalam dirimu. Can you start to feel it a little?
Tapi, Overthinking nggak pernah mau menyerah. Kali ini, ia akan memantik lukamu yang belum kering, dan berbisik…